LALU GEDE BATU RITI
Sebutan Lalu Gede berawal saat beliau dihukum gantung
oleh anak Agung Gebe Ngurah Karang Asem ( Raja Mataram ) Istri anak Agung Gede
Ngurah Karang Asem yang bernama Dende Aminah ( Dende Nawangsasih ) yang begitu
besar pengaruhnya terhadap suaminya meminta agar beliau dibebaskan dengan
alasan bahwa beliau bukan orang sembarangan tetapi orang gede (besar).
Sebutan Batu riti dilatarbelakangi oleh terjadinya
perdebatan dan perselisihan dengan beberapa masyarakat sekitar mengenai tempat
pemakaman beliau, ada yang minta di Sayang-sayang, Penimbung, Ranjok, Kekeri
dan lain-lain. Akan tetapi seorang
Kepala Desa Mambalan pertama bernama Datu Cempa dengan tegas mengatakan bahwa
beliau ( Lalu Gede ) adalah baturite, yangb artinya rang sini dan harus
dimakamkan disini pula. Nama asli tempat pemakaman beliau ini adalah memelak
artinya ujung ldah gunung, karena perbukitan ditempat pemakaman itu berada,
adalah merupakan ujung dari gunung Rinjani.
A.
KEHADIRAN LALU GEDE DI MAMBALAN
Kedatangan Lalu
Gede di Mambalan pada zaman Pemerintahan Anal Agung Ngurah Karang Asem tahun
1720 M, dalam dua versi :
1.
Orang-orang
penduduk setempat tidak mengetahui nama dan asal-usulnya yang sebenarnya. Beliau
tinggal dan membuat pondok di RENGGUNG, lebih kurang dalam jarak 350 m sebelah
timur Dusun Mambalan, sebelah
selatan pasar (H. Marsudin)
2.
Dalam
suatu kondisi hujan yang sangat lebat, sungai-sungai banjir besar dengan
tiba-tiba beliau muncul di hadapan seorang penjaga kebun (tempat makam
beliausekarang) bernama Papuk Minang. Papuk Minang bertanya dalam bahasa Sasak
“ Sai Side papku ?, mene ntan ujan
belek, kokok belabur bangkakde ndek basak kance bau liwat koko belabur, sai
side sebener niki papuk ? “ Berulangkai pertanyaan itu diulang Papuk Minang,
Namun tidak mau juga dijawabnya. Setelah berpuluh-puluh kali baru beliau
menjawabnya dengan Syarat Papuk Minang tidak bercerita kepada siapapun, selama
beliau yang datang (Lalu Gede) ini masih hidup. Nama saya Sayyid Ahmad dari
Baghdad, tiba-tiba beliau turun dari tanggakebun dan menghilang entah kemana.
Papuk Minang memanggil manggil beliau dan mencarinya kesana kemari namun tidak
berhasil bertemu beliau (H. Akhyar-Kekeri). Datu Markawi bercerita menegnai
nama asli beliau disampaikan kepada Guru Muhammad sahabat beliau dengan
pengakuan dan syarat yang sama dengan diatas setelah berdebat hukum-hukum agama
dalam waktu yang cukup lama. Haji Harsudin berpendapat bahwa pengakuan nama itu
beliau menyatakan setelah selesai bermuzakarah 7 hari 7 malam di rumah TGH.
Abdurrahim.Beliau berpesan sebelum saya hilang di dunia ini nanti jangan sampai
di beritahukan nama dasasal ulus saya sama siapapun juga.
B.
PEKERJAAN SEHARI-HARI
Pekerjaan beliau
sehari-hari di pondok hanya membuat tali
dari bambu untuk tali layang-layang dan membuat kekitir/irik-irik/senangi. Bhan
yang dipakai membuat layang-layang bukan kertas akan tetapi kulit batang psang
bagian dalam(kedebong). Konon layang-layang dan irik-irik tersebut tidak
dinaikkan atau dipasang. Beliau hanya senang membuatnya saja. ini lah pekerjaan
beliau sehari-hari dipondok. benda-benda buatan beliau tersebut konon sekarang
masih disimpan di rumah Haji Maer kebon tereng, Desa Lilir.
C.
RADEN MUHAMMAD RAIS DIGENDONG KE PASAR
Sewaktu R.M Ris
masih kecil yang kira-kira umur beliau 6-7 tahun seringkali digendong oleh
nenek beliau Raden Wayah Mu’min menjual sirih ke pasar, ia selalu lewat
disamping pondok Lalu Gede dan pada suatu ketika Raden Wayah Mu’min minta gar
cucunya R.M.Raisdidoakan agar kelak menjadi anak yang pandai mengaji dan dapat
menunaikan ibadah haji ke Mekah Lantas Lalu Gede berkata “ Ta uwah dan sudah
pergi haji” Hnya itu yang beliau katakan terhadap Raden Wayah Mu’min. Usia
beliau pada waktu itu tidak ada yang bisa menjelaskan, menurut pandangan
orang-orang beliau sudah sangat tua.
D.
BELAJAR NGAJI
Setelah beberapa
tahun kemudian Raden Muhammad Rais mulai belajar membaca Al-qur’an dan
kitab-kitab agama. Dalam waktu yang sangat singkat R.M. menjadi anak yang
sangat pandai dan cerdas dapat membaca
AL-qur’an dengan baik dan menguasai kitab-kitab yang dipelajari beliau dari Llu
Gede.
E.
MENUNAIKAN IBADAH HAJI
Setelah R.M. Rais
menginjak dewasa iapun berangkat menunaikan ibadah haji ke Mekah. Beliau berada
di Makkah selama 3 tahun menimbha ilmu agama pada ulama’-ulama’ Makkah, yang
pada akhirnya beliau dipercaya oleh gurunya untuk mengajar di Masjidil Haram,
Makkah. Sungguh luar biasa prestasi beliau.
F.
KEMBALI DARI TANAH SUCI MAKKAH
Setelah R.M. Ris
kembali dari Makkah masyarakat memanggil beliau dengan sebutan Tuan Guru Raden
Muhammad Ris. kegiatan sehari-hari beliau hanya mengajar mengaji ilmu-ilmu
Agama, dan murid beliau sangatlah banyak, tidak hanya dari lombok saja akan
tetapi dari pulau luar lombukpun banyak pula. konon menurut cerita orang-orang
beliau sangat cerdik dan pandai dikarenakan sewaktu beliau digendong oleh
neneknya mulut beliau pernah diludahi oleh Lalu Gede. Beliau berpulang
kerahmatullah pada tahun 1968 M.
G.
SENANG MAKAN SIRIH
Almarhum Lalu
Gede sangat senang mamak (makan sirih), sehingga nenek dari R.M. Rais
senantiasa bersedekah daun sirih kepada beliau saat lewat menggendong cucunya
beliau menjual sirih ke pasar.
H.
MENGAPA LALU GEDE DIPANGGIL PUN JINTUH
Sebagaimana yang
tersebut diatas bahwa neliau sangat senang makan sirih. Disaat beliau membuang
ampas pinyangnya selalu berbunyi pruh-pruh akhirnya beliau kadang beliau di
panggil orang dengan sapaan Pun Juntuh.
I.
DIBELIKAN KETUPAT DAN TELUR AYAM
Pada suatu hari
ada salah seorang ingin membuktikan kewalian beliau “ Lalu Gede “ dengan
membelikan beberapa buah ketupat dan sebutir telur yang diambil dari petarang
ayam seorang warga. Iapun menghadap kepada Lalu Gede dengan berucap “ Sialq
Lalu, niki tiang sedekahan pelungguh “ Beliau menjawab “ ALHAMDULILLAH “ Beliau
ambil ketupat saja, kemudian telur yang telah direbus tadi dikembalikan dan
disuruhnya untuk ditaruh kembali di petarang tempat ia mengambil. Orang inipun
kaget atas yang disaksikannya terlebih lagi setelah beberapa hari ternyata
telur yang telah direbus itu dapat menetas sebagaimana telur-telur yang lain.
J.
JALAN - JALAN KE SAWAH
Pada suatu hari
beliau jalan-jalan kesawah bertemu dengan orang-orang yang sedang menggali ubi
atau panen ubi, Beliau meminta satu biji ubi, yang kemudian yang punya ubi
memberinya satu ikat namun ia menolaknya. “ Yang aku mau hanya satu “ kata
beliau. hal ini seringkali terjadi saat diberi sadaqah yang banyak sama orang,
beliau hanya mau menerima satu saja. Prinsip hidup seperti ini senantiasa beliau
sampaikan kepada sahabatnya TGH. Abdurrahim (Seorang Tuan Guru yang berasal
dari desa kekeri yang memahami bahasa binatang)
K.
DATANG KETEMPAT LALU GEDE DI RENGGUNG
TGH. Abdurahman
seringkali berkunjung ke tempat kediaman Lalu Gede di Renggung. Suatu hari disaat
beliau sedang bercakap-cakap datanglah seseorang menyampaikan bahwa pada waktu
bersamaan ia juga bertemu dan berbicara dengan Lalu Gede di Desa Ranjok, yang
lain lagi mengatakan bahwa saya jga tadi pada waktu yang bersamaan bertemu dan
berbicara dengan beliau di Penimbung. Hal ini begitu sering terjadi, dan
terkadang orang terheran-heran dengan kejadian ini.
L.
BERKUNJUNGKE TEMPAT ORANG-ORANG
SELAMATAN/BEGAWAI/PESTA
Setiap ada orang
yang melaksanakan acara selamatan beliau (Lalu Gede) selalu datang seperti
layaknya seorang pengemis meminta-minta nasi, daging dan sayuran dengan membawa
batok kelapa yang belum terbuang serabutnya sebagai wadah menaruh barang yang
dimintanya. Melihat penampilan beliau dengan wadah yang sangat sederhana
terkadang beliau diusir. Akan tetapi bila ini terjadi maka orang yang
mengadakan selamatan itu sungguh naas nasibnya. Pernah sekali waktu beliau
diusir maka selang beberapa saat tiba-tiba datanglah hujan badai
memporakporandakan segala peralatan dan bahan-bahan makanan sehingga yang
melaksanakan acara menjadi kalang kabut tidak karuan, bingung tidak bisa
berbuat banyak, yang pada akhirnya ia teringat akan pengemis yang baru saja
diusirnya itu. Kemudian disuruhlah beberapa orang mencarinya kesana kemari
hingga malam namun tak berhasil bertemu dengan Lalu Gede yang menyerupai
pengemis itu. Dan bilamana beliau ditemukan beliau menolak pemeberian itu
apalagi untuk datang kembali ke tempat selamatan beliau tak bersedia sama
sekali.
M.
DICARI ORANG MINTA OBAT
Pada suatu hari
disaat beliau sedang duduk-duduk dipondoknya datanglah seorang laki-laki yang
berasal selatan kali meninting (Desa Kekeri) bermaksud meminta obat orang sakit
parah dari beliau, lantas beliau memberinya segelas air sebagai obat si sakit.
Dalam perjalanan pulang ternyata kali meninting mengalami banjir besar, airnya
meluap-luap dan sangat deras. Sang peminta obatpun kembali menemui Lalu Gede
untuk dapat dikiranya diantar menyeberangi sungai. Sesampainya mereka berdua di
kali Meninting sang peminta obatpun digandeng tangannya oleh Lalu Gede dan
berjalan diatas permukaan air sungai yang begitu derasnya tak ubahnya bagai
berjalan di jalan raya.
N.
DITANGKAP OLEH ANAK AGUNG
Dengan kelebihan
dan keanehan yang terjadi pada Lalu Gede, banyaklah orang-orang berziarah ke
kediaman beliau siang dan malam tak pernah sepi, banyak hal yang ditanyakan dan
dicari masyarakat pada beliau. Akhirnya kondisi ini diketahui oleh anak Anak
Agung. Dan Anak Agung khawatir akan terjadinya penggalangan massa untuk
memberontak terhadap
O.
PEMBEBASAN DARI HUKUMAN RAJA
Setelah beberapa
hari Lalu Gede disiksa di taing gantungan Istri Anak Agung Gede Ngurah Karang
Asem yang bernama Dende Aminah (Dende Nawangsasih), yang beliau ini adalah
putri dari seorang pemuka islam yang terkenal saleh bernama Dende Guru saudari
dari Dea Meraja Pemimpin Desa Kalijaga Dende Aminah dikawini oleh Anak Agung,
karena Kalijage kalah berperang dengan Mataram. Perang inipun disebabkan karena
lamaran Anak Agung ditolak oleh Dea Guru dengan alasan Dende Aminah telah
bersuami padahal sebenarnya belum. Dalam peperangan itu Dea Merajah dan
piutranya Raden Muna Darmasih melarikan diri naik perahu ke Bima, sedangkan
Aminah memberikan selimut dan disuapi makanan, beliau mengatakan “ Tidak mau
Inaq Jae.”
P.
SEWAKTU BERADA DITIANG GANTUNGAN
Pada saat beliau
berada di tiang gantungan, beberapa orang menyaksikan kejadian berbeda-beda.
Ada yang melihat bahwa beliau tidak digantung, dan ada pula yang menyaksikan
saat berada di tiang gantungan tanah yang ada dibawah beliau ikut naik ke atas
mengikutim kakiLalu Gede.
Q.
HAJI JAMALUDDIN KEKERI DIMAKKAH
Sewaktu Almarhum
H. Jamaluddin di Tanah Suci Mekkah pernah ia bertemu dengan saudaranya Lalu
Gede, Bercerita kepadanya, bahwa ia bersaudara tiga orang laki-laki. Satu orang
saudaraku disuruh mengambil api dengan sapu tangan namun tak berhasil juga,
sapu tanganpun terbakar. Sedangkan saya dapat melaksanakan kedua tugas itu
dengan baik dan berhasil. Kedua saudaraku itu akhirnya disuruh pergi
meninggalkan rumah untuk berguru ke Dea Guru beserta putrinya, Dende Aminah,
dan beberpa orang pengiringnya yang setia bersembunyi di dalam sebuah goa di
hutan Bungus Bawi, namun musuh dapat menemukannya, Kepala Dea Guru dipenggal
dan dibawa bersama putrinya sebagai persembahan kepada Raja Mataram (Anak Agung
Gede Ngurah Karang Asem). Dende Aminah kemudian dinikahi ole Raja Mataram dan
namanya diganti dengan Dende Nawangsasih (Nawang=tahu, Sasih=bulan). Dende
Aminah terkenal sangat taat menjalankan Ibadah Agamanya. Dia sangat berpengaruh
terhadap suaminya, sehingga diijinkan membangaun sebuah masjid yang dibangun
dekat taman Mayura. Diperkenankan pula mendatangkan seorang guru agam. Dari
perkawinan ini
lahirlah seorang putra bernama Gopul atau Iman
Sumantri yang terkenal kemudian sebagai datu pangeran. Berdasarkan pengaruh yang
dimiliki maka Dende Aminah meminta kepada suaminya agar Llu Gede segera
dibebaskan dari hukumanya karena aminah tau Dia bukanlah orang sembarangan
melainkan orang Gede (Besar). Ini awwal mulanya bernama Lalu Gede.
Yang sebelumnya
sering dipanggil Pun Jintu. Akhirnya Anak Agung mengabulkan permintan istrinya
itu. Akhirnya diturunkan dari tiang gantungan, yang kemudian Dende Wilayah
timur yaitu Pulau Lombok. Setelah mereka berdua menjalankan khaluwat di Gunung
Rinjani, sekarang saudaraku itu satunya tinggal di Desa Mambalan dan yang
satunya lagi di Dsa Batu Layar.
R.
LALU GEDE DAN BALOK ANGGEH SAYANG-SAYANG
Sebagai mana
biasanya setiap ada orang selamatan Lalu Gede selalu membawa tempurung kelapa
meminta sisa-sisa makanan orang-orang yang telah melaksanakan selamatan. Hal
ini berulang kali ia lakukan di sayang-sayang. Salah seorang sahadatnya bernama
Balok Anggeh sangat penasaran dan bertanya-tanya untuk apa Lalu Gede dengan
sisa-sisa makanan
tersebut. Ketika Lalu Gede meninggalkan tempat selamatan, mengendap-ngendap
Balok Anggeh mengikuti langkah beliau sampai Lalu Gede berada dipinggir sungai
sayang-sayang yang saat itu sedang banjir besar, airnya meluap-luap dan sangat
deras akan tetapi Lalu Gede sanggup menyebrang dengan berjalan di atas
permukaan air tidak ubahnya bagai berjalan diatas diatas jalan raya Sesampainya
di seberang Lalu Gede bertepuk tangan tiga kali , saat itu meluncurlah dari
atas udara seekor kuda jantan berbulu putih mulus, meringkik didepan Lalu Gede.
Lalu Gede berkata kepada sang kuda,” kamu doang siq ke boyaan taq getihan
bilang jelo, mah ne selapukan ademme besuh”. sang kuda pun dengan lahapnya.
pada saat kuda itu makan dari sebrang sungai Baloq Anggeh berteriak memanggil
Lalu Gede “ Lalu..... tiang milu lalo kance pelungguh” Lalu Gede berkata
“Astagfirullah, kamu aran Anggeh, aoq liwat wah aneh! “ Ndeq tiang tao liwat
Lalu” kata balok Anggeh. Lalu Gede berkata lamun tiang besurq liwat, liwat
uwah” Baloq Angeh pun memberanikan diri. Dan ternyata iapun bisa berjalan
diatas permukaan air sungai yang sedang banjir itu.
S.
BALOK ANGGEH IKUT LALU GEDE SHALAT JUM’AT
KE JABAL QOP
Setelah Balok
Anggeh berhasil menyeberangi sungai atas ijin Lalu Gede, iapun kni berada di
samping Lalu Gede, ikut menyaksikan kuda yang sedang makan nasi sisa orang
selamatan, selang beberapa saat balok
Anggeh di suruh untuk ikut dengan Lalu Gede mengendarai kuda berbulu putih
mulus. Lalu Gede berkata “ Pejamkan Matamu Anggeh “ dalam hitunga detik, Lalu
Gede menyuruh balok Anggeh membuka matanya kembali, tahu-tahu dia sudah berada
dipondok Lalu Gede di Renggung.
Balok Anggehpun
diajak mandi persiapan sholat jumat di suatu tempat gaib yang sangat
menakjubkan dekat rumah beliau yang airnya sangat jernih, batu kerikilnya
terdiri dari batu permata yang indah-indah dan pancurannya terbuat membuat hati
dan jiwa Balok Anggeh merinding, penuh syahdu. Singkat cerita naiklah Khatib di
atas mimbar untuk menyampaikan khutbahnya yang kemudian dilanjutkan dengan
shalat jumat. Dan ternyata yang menjadi khatib dan imam adalah Lalu Gede. selesai
salam, wirid dan do’a tiba-tiba para jamaah shalat jumat itulah telah
meninggalkan masjid beterbangan bagaikan burung rajawali, termasuk juga Lalu
Gede yang menempati tempat posisi paling tinggi di udara, Balok anggehpun
kebingungan ditinggalkan sendiri ditemat itu. Setelah selang beberapa menit
datanglah simarbot masjid, yang saat itu karena ketakutan Balok Anggeh
bersembunyi dibawah bedug. Namun si marbot tahu dari bau busuknya zahir dan
bathinnya Balok Anngeh. Karena marbot ini juga bukan orang sembarangan,
akhirnya Balok Anggeh ditanya “ Siapa dan dari mana kamu ini, mengapa bisa
berada disini, apa tujuanmu kemari ?.
Pertanyaan
bertubi-tubi ini dijawab dengan Balok Anggeh dengan terbata-bata. Dan Balok
Anggehpun menceritakan asal muasalnya sehingga ia bisa berada ditempat itu,
yang kemudian marbot berpesan kepada Balok Anggeh. “ Bila hari jumat yang akan
datang sebelum Lalu Gede selesai wirid kamu dekati beliau dan pegang jubahnya
supaya kamu bisa ikut pulang kerumahmu bersama beliau. dari emas. Balok Anggeh
hanya boleh mandi pada air yang tergenang, tidak boleh langsung dipancuran.
Selesai mandi Lalu Gede mengenakan jubah dan surban berwarna putih bersih
dengan memakai wewangian yang sangat harum, sementara Balok Anggeh hanya
memakai pakaian adat sasak, dengan sapuk dikepalanya. keudian kini keduanya
telah berada di ataspunggung kuda putih mulus, Lalu berkata, “ Anggeh pejamkan
matamu !” dalam beberapa saat lagi Lalu
Gede Anggeh berucap lagi “ Buka matamu Anggeh”, Sungguh di luar dugaan
tahu-tahu keduanya telah berada di sebuah masjid yang serba berwarna putih,
sampai dengan warna atapnyapun berwarna putih Balok Anggeh bertanya, “ Dimana
kita ini lalu ? “ Dijawab oleh Lalu Gede “ inilah yang namanya JABAL QOP
Anggeh”. kemudian selang beberapa menit datanglah orang-orang serba putih
dengan tasbih di tangan masing-masing. Orang orang ini datang bagaikan
mendaratnya burung ke bumi. Kendaraan mereka adalah angin yang berhembus. Dan
setiap mereka telah menginjakkan khaki di bumi masing-masing dari mereka
menutup hidungnya seolah-olah ada bau yang sangat busuk menyengat. Dan ternyata
bau dari tubuh balok Anggeh dan bathin Balok Anggeh yang masih kotor. Meteka
itu adalah para waliyullah, Tidak beberapa lama terdengarlah azan yang dalam
masa penantian selama seminggu Balok Anggeh merasa sedih, jauh dari keluarga,
anak dan istri, lebih-lebih ia sangat rin dengan sahabatnya Lalu Gede, Namun
selama dalama penantian dia tidak pernah merasa haus dan lapar. Nah kini
tibalah hari jumat dari pagi Balok Anggeh tidak pernah jauh mimbar masjid, ia
bersembunyi di balik mimbar. Tibalah waktunya para waliyullah berdatangan bagai
burung rajawali, terkhir lalu gede. Singkat cerita Balok Anggehpun menjalankan
segala yang dipesankan oleh sang marbot. Akhirnya ia bisa pulang dan bertemu
dengan anak istrinya, serta handai taolannya. Dan mulai saat itu Balok Anggeh
benar-benar mengakui kutamaan yang dimilki oleh Lalu Gede sahabatnya. Dan iapun
mulai belajar mengaji ilmu-ilmu agama dan menjalankan syariat agama islam dan
menganjurkan kepda keluarga dan teman-teman dekatnya.
T.
BERPULANG KE ALAM BAKA
Beliau wafat di
desa mambalan pada tahun 1735. Usia beliau tidak dapat diperkirakan oleh
masyarakat mambalan dan sekitarnya. Sewaktu beliau meninggal dunia banyak
sekali orang-orang yang hadir, baik dengan berjalan khaki, dan keanehan yang
sangat sulit dicerna akal sehat saat beberapa orang hadir dengan mengendarai
kuda berbagai warna dan jenis bulunya dengan mengenakan pakaian haji, terlihat
juga orang-orang yang memakai pakaian dari luar lombok dan luar negeri, penuh
membanjiri kediaman beliau.